Bagaimana Anda melihat strategi kebijakan pemerintah dalam memerangi terorisme?
Seharusnya pemerintah memberikan payung hukum kepada dunia intelijen—hal ini masih dalam tahap penggodokan dan diperkirakan akan dibahas tahun 2007, memberikan pembekalan kepada unit-unit khusus yang berada titik terdepan dalam memburu para teroris, seperti Densus 88 maupun pihak TNI yang terlibat secara aktif. Perlu disadari bahwa skenarionya adalah jarum jatuh pun terdengar oleh pemerintah sebagaimana yang pernah diterapkan pada masa Orba. Pemerintah tampaknya mencoba mengkaji ulang kemungkinan diaplikasikannya strategi ini pada zaman sekarang. Ternyata menghidupkan kembali Babinsa, Babinkatibnas, dan RT/RW membuat kewaspadaan terhadap serangan aksi terorisme menjadi lebih baik. Di samping itu, kerjasama dengan negara-negara sahabat dan penggunaan peralatan pendeteksi, teknologi dan satelit, termasuk alat pelacak dan alat penyadap diperlukan dalam hal ini. Karena itu, saya mengatakan bahwa dalam memerangi kaum teroris harus ada grand skenario.
Perkembangan Islam di Indonesia sangat pesat. Bagaimana membedakan antara Islamologi dan “Muslim ekstrem”?
Membedakan Islamologi dan ekstrimis adalah dari perilaku, ucapan, dan sikap sosial kemasyarakatan. Dari sini bisa kelihatan. Bisa juga dibedakan dari cara peribadatannya yang kelihatan “nyeleneh” atau tidak lazim. Ini tentu sudah menimbulkan stigma kenapa harus seperti itu, kenapa berpisah dan tidak berbaur dengan masyarakat. Pasti ada yang disembunyikan. Bagi mereka yang “Islam KTP” atau Islam abangan, biasanya mereka lebih mudah cair karena memang memandang kemaslahatan secara sekular. Akan tetapi kelompok ekstremis didera oleh sentimen keagamaan yang kuat, persaudaraan sesama satu agama. Saat mereka melihat saudaranya hidup di bawah tekanan, baik fisik maupun psikis, dari kelompok yang lebih kuat, mereka mengaktualisasikan rasa persaudaraan mereka dengan melakukan aksi pembalasan, dan itu terjadi di mana-mana, tidak hanya di Indonesia saja. Itulah sebabnya, untuk mengendus rangkaian utamanya adalah mempelajari pola tingkah laku dan hubungan kemasyarakatan serta pola ibadahnya.
Tapi masalah perilaku, sikap dan ibadah yang berbeda, tidakkah disebabkan karena perbedaan penafsiran terhadap dalil agama?
Betul, akan tetapi jika perilakunya menyendiri dan tata cara ibadahnya berbeda, melakukan bai’at dan tidak mengizinkan kelompoknya untuk berbaur dengan masyarakat dan menganggap yang orang di luar kelompok sebagai kafir, adalah sebuah ketidaklaziman. Ketidaklaziman inilah yang perlu kita amati dan kalau bisa kita sadarkan mereka. Dasar utama yang dilakukan oleh kelompok teroris untuk mengajak masyarakat mengikuti pola-pola bom bunuh diri adalah dengan bai’at (Bai’at adalah sumpah dan janji setia untuk mematuhi setiap larangan dan perintah pemimpin. Mereka menganggap bai’at sebagai sebuah kewajiban yang harus dilakukan sebelum memasuki organisasi mereka. Karena itu, seseorang hanya sah menjadi anggota kelompok mereka setelah melantunkan bait-bait bai’at yang telah disediakan oleh pimpinan mereka-red).
Di tahun 1970-an ada buku yang mengupas masalah terorisme, seperti Tentara Merah. Apa yang dimaksud dengan “terorisme internasional merah” dan “terorisme internasional hitam”?
Terorisme merah adalah terorisme yang berkembang dari negara-negara merah, yaitu negara komunis. Terorisme merah melancarkan teror karena sejarah masa lalu, yaitu Perang Dingin. Sampai sekarang masih ada negara-negara yang bergaya komunis tetap melakukan pressure terhadap lawannya, termasuk dengan menggunakan cara-cara teror. Terorisme hitam cenderung pada gaya-gaya kriminal dan ingin meraup keuntungan dengan cara-cara memaksa. Terorisme hitam ini biasanya lawan dari pemerintah karena pemerintah merasa terganggu dengan aktivitas-aktivitas pelanggaran hukum kelompok teroris hitam. Ini sering terjadi di segi tiga emas, di mana di sana ada ladang-ladang ganja. Ada sekelompok teroris yang mempunyai armada tentara, termasuk mempunyai pasukan tank. Mereka bertempat di daerah pedalaman. Mereka membangun imperium tersendiri yang tidak mau disentuh oleh kekuasaan, bahkan mereka siap untuk bertempur. Selain berada di segi tiga emas, mereka ada di Indo Cina, dan Kolombia. Sedangkan di Brazilia ada gangsters yang sangat menakutkan, bahkan polisi takut kepada mereka.
Mengapa Anda menggunakan istilah “terorisme hitam”?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar