Jumat, 11 Juli 2008

Dana Teroris Dicurigai Masuk Lewat Infak dan Zakat

Pengamat Intelijen:

Dana Teroris Dicurigai Masuk Lewat Infak dan Zakat

Oleh: Rafael Sebayang

Jakarta – Pengamat intelijen Wawan Purwanto mensinyalir dana teroris masuk melalui infak dan zakat. Untuk itu diperlukan pengawasan terhadap sumbangan-sumbangan dalam bentuk infak dan zakat itu.

Yang sangat kita khawatirkan adalah pengawasan terhadap sumbangan-sumbangan dalam bentuk infak dan zakat menjadi sumber dana baru mereka. Dana-dana tersebut sebenarnya halal namun digunakan oleh kelompok-kelompok mereka yang berkamuflase atas nama agama untuk melanggar hukum. Bagi teroris itu, dana itu ibarat darah. Kalau darahnya dibekukan, aktivitas-aktivitas mereka secara otomatis juga akan berhenti,” katanya ketika dihubungi SH, Sabtu (5/7) siang ini. Dia menyebutkan, terungkapnya kasus bom rakitan di Palembang, Sumatera Selatan, mengindikasikan adanya sumber pendanaan baru dalam upaya aksi teror di Indonesia.

Tertangkapnya sejumlah bendahara Jemaah Islamiyah (JI) di berbagai negara menjadikan sumber dana yang datang di bawah tangan dalam bentuk infak dan zakat memberikan darah segar bagi pelaku terorisme dalam menjalankan aksinya.

Dia menyatakan keberadaan peluru-peluru tajam yang menjadi satu kesatuan dalam satu rakitan bom merupakan hal yang baru dalam teknik perakitan bom anggota JI, khususnya bom-bom rakitan yang selama ini ditemukan atau meledak di wilayah Indonesia.

Terkait pendanaan, Wawan juga mengindikasikan adanya keterkaitan aksi-aksi perampokan, khususnya perampokan toko-toko emas yang terjadi di beberapa tempat akhir-akhir ini mengarah pada kelompok-kelompok terorisme. ”Itu memang arahnya ke sana,” katanya.

Menanggapi fakta baru di luar penangkapan sepuluh tersangka teroris di Sumatera Selatan yang menyangkut pelarian salah satu petinggi JI berkewarganegaraan Singapura, Mas Slamet Kastari, yang diinformasikan saat ini berada di Indonesia, Wawan masih mempertanyakan validitas informasi tersebut. Pasalnya, Kastari yang saat itu ditahan di penjara Singapura dalam kondisi diborgol tangan dan kakinya.

Di samping itu, ketika itu Kastari tidak mungkin meloloskan diri dari penjara yang ketat tersebut, karena mengalami patah kaki pada saat melarikan diri dari Polda Riau beberapa waktu lalu. ”Fakta-fakta ini memunculkan pertanyaan apakah Kastari benar sudah melarikan diri ke wilayah Indonesia atau mungkin masih berada di penjara Singapura atau bahkan sudah mati di sana,” katanya.

Pada kesempatan ini pula, Wawan mengingatkan agar masyarakat maupun penegak hukum, khususnya Polri, mewaspadai adanya politisasi dalam kasus ini.

Pindahkan Basis Jaringan

Kapolri Jenderal Sutanto di Mabes Polri, Jumat (4/7) siang, mengatakan fakta pengungkapan jaringan teroris di Malaysia mengindikasikan bahwa buron teroris nomor satu Noordin M Top telah memindahkan baris jaringannya dari Jawa ke Sumatera. Di samping itu, ada pengembangan teknik perakitan bom dari kelompok JI yang saat ini mengembangkan teknik perakitan bom dengan menggunakan peluru-peluru tajam.

Tentang keberadaan Slamet Kastari, Sutanto mengatakan pihaknya saat ini telah menyebar foto-foto Kastari ke seluruh Polda di Indonesia. Tujuannya agar masyarakat mengenali dan mengetahui ciri-ciri fisik yang bersangkutan,” katanya. Pihaknya telah memperketat penjagaan di wilayah-wilayah perbatasan di seluruh Indonesia khususnya wilayah Sumatera yang saat ini diduga menjadi salah satu basis pergerakan pelaku teror.

Wawan Purwanto juga mengingatkan, sasaran teroris saat ini sudah bergeser dari perjuangan demi jihad, beralih pada kehancuran ekonomi dan ideologi kekerasan. Indikasi ini terlihat dari penangkapan sepuluh tersangka teroris di Sumatera Selatan baru-baru ini yang mengaku akan meledakkan Kafe Bedudel di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, karena banyak dikunjungi turis asing.

Hal ini sangat disayangkan, apalagi kondisi perekonomian dunia saat ini sedang kacau, harga minyak mentah dunia terus melonjak sehingga semua harga kebutuhan pokok ikut terkerek naik. ”Jadi dimana letak jihadnya? Sasaran mereka sudah bukan lagi jihad, tapi kehancuran ekonomi negara,” ungkap pengamat intelijen itu.

Para teroris itu hanya ingin mengesankan bahwa mereka tetap eksis, sehingga tidak memperhitungkan korbannya, yang penting menyerang, kata Wawan. Bukit Tinggi, terutama di kawasan jam gadang, memang menjadi tempat turis dan terdapat kafe yang banyak orang bulenya. Meskipun kelompok teroris yang ditangkap Densus 88 Antiteror di Palembang baru-baru ini mengaku batal meledakkan bom di Kafe Bedudel, Bukit Tinggi, karena belakangan menyadari bahwa para calon korban adalah warga setempat yang umumnya muslim dan bukan orang asing.

Menurut seorang perwira Polri yang menolak disebut namanya, di tempat itu sudah sempat dipasang tiga buah bom waktu, tetapi kemudian dibatalkan pada detik-detik terakhir dan teroris memutuskan akan memindahkan serangan ke Ibu Kota Jakarta. Namun menurut Wawan Purwanto, sepuluh tersangka itu ditangkap sekitar 20 Juni lalu, namun baru dipublikasikan Polri pada HUT ke-62 Polri, sebab untuk keperluan penyidikan.

Wawan mengingatkan pula bahwa dalam kondisi kemiskinan, teroris mudah masuk. ”Daripada melarat, sengsara, ya mendingan sahid saja,” lanjutnya sambil mengingatkan, masyarakat harus peduli pada lingkungannya agar tak mudah disusupi teroris.

Wawan juga menjelaskan, para teroris itu pindah ke Sumatera setelah diuber dari Poso, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Mereka membutuhkan rumah tempat pengamanan sehingga hidup berpindah-pindah. Penyamaran yang paling efektif menjadi guru dan santri, sambil melakukan perekrutan baru pada pemuda berusia rata-rata 20 tahun, tapi masih dari kelompok yang bisa dialihkan ke jihad.

Bali Dijaga Ketat

Aparat kepolisian di jajaran Polda Bali juga memperketat penjagaan di sejumlah pintu masuk Bali, seperti pelabuhan penyeberangan Gilimanuk, Padangbai, dan Bandara Ngurah Rai, guna mencegah masuknya kelompok teroris. Berdasarkan pemantauan SH, petugas dari Gegana, Densus 88/Antiteror Polda Bali dan Reskrim, serta Intel Polres Jembrana diterjunkan untuk pengamanan pelabuhan Gilimanuk yang menghubungkan Jawa-Bali ini. (wahyu dramastuti/cinta malem ginting)

Sinar Harapan, 05 Juli 2008